Soe Hok Gie. Banyak orang yang tidak mengenal nama ini. Dia memang bukan penyanyi, bintang iklan, apalagi pemain sinetron. Dia adalah aktivis, pecinta alam, anggota Mapala UI (pada saat itu), alumni FSUI dan sebagainya. Sangking aktifnya orang ini, lelah jika harus menyebutkan siapa itu Gie. Dia memang mati muda. Wafat saat berada di Mahameru akibat menghirup gas beracun. Walaupun raga Gie sudah berada di tempat terakhir setiap makhluk hidup, tetapi segala yang ia lakukan masih membekas di hati dan pikiran setiap orang yang mengenalnya. Baik secara langsung atau tahu tentang sosoknya lewat film dan buku-buku.
Saya sangat mengagumi sosok Gie. Cara ia berfikir, cara ia bersikap, segala hal dari dia saya suka. Bahkan, dia yang bertanggung jawab atas pembentukkan karakter saya. Sosok Gie bisa mewakili dan bisa dibanggakan bagi jiwa muda. Pemuda kritis, penuh semangat, seorang patriot dan nasionalis adalah gambaran singkat tentang Gie. Saya bersyukur sempat tahu tentang sosok Gie walau hanya lewat film dan buku-buku. Dari Gie, saya belajar banyak hal. Sangat banyak hingga saya malas untuk menyebutkannya satu demi satu. Mungkin beda cerita bila ia masih hidup. Dan salah satu yang saya kagumi dari dia, sejak dulu, semasa ia masih hidup, ia sudah tahu lebih baik mati muda. Di salah satu tulisannya tertanggal 5 Januari 1962, hari Jumat, berisi:
Hidup
Terasa pendeknya hidup memandang sejarah
Tetapi terasa panjangnya karena derita.
Maut, tempat perhentian terakhir.
Nikmat datangnya dan selalu diberi salam.
Soe Hok-gie